Puasa 19 Jam di Birmingham, Inggris

Tahun 2017 ini, adalah ketiga kalinya kami merasakan nikmat berpuasa 18-19 jam (Sahur jam 2.30 dan berbuka jam 9.00) di negeri orang (benar-benar negeri orang, bukan negeri saya ataupun negeri istri), negeri yang suara adzan tidak terdengar sama sekali di ruang publik. hmmm… tepatnya ada satu masjid yang diizinkan mengeluarkan suara azan ke udara publik, yakni Birmingham Central Mosque.

Alhamdulillah, kami  berkeluarga juga dalam keadaan sehat, dan alhamdulillah juga anak sulung (6 tahun) dan tengah (5 tahun) pun sudah mulai tertarik untuk berpuasa di hari kedua, selama hampir 8 jam, malamnya keduanya sedikit demam, alhamdulillah esok hari membaik dan ikut berpuasa kembali.

Tahun ini kami berpuasa dengan lebih syahdu, aktifitas yang tidak terlalu padat, (padat di keluarga kami artinya tidak saling kejar-kejaran), sehingga bisa lebih memaknai bulan ramadhan ini dengan keluarga, mengajarkan anak-anak kesibukan mempersiapkan buka puasa, dan mengisi waktu dengan sunnah, khususnya membaca Al-Quran.

Rasanya di negeri minoritas ini, saya menghayati kembali apa makna ramadhan yang bulan yang dikhususkan oleh Allah ini, mengurangi kesibukan artinya mengurangi gangguan yang membuat kita bisa fokus menghayati tanpa perlu  makan ta’jil dan kemeriahan yang sering berlebihan.

Walau tidak dipungkiri tuntutan sosial untuk berperan dan mengisi Ramadhan dengan kebersamaan juga tidak bisa begitu saja dihindari, tapi rasanya perlu difikirkan kembali apakah peran kita sebagai fasilitator atau hanya rame-ramean saja, jika yang kedua, mungkin lebih baik diminimalisir supaya kita tidak terlewat momen yang dijanjikan perhitungannya oleh Allah sendiri.

  1. Tidak usah khawatir ta’jil berbuka
    Kenapa tidak perlu khawatir, karena masak pun tidak sebanyak di Indonesia, karena jam puasa yang hampir 19 jam, jam untuk tersedia untuk berbuka dan sahur pun hanya 5 jam, seringnya waktu sahur, masih terasa makanan waktu berbuka.
    .
    Dan di masjid-masjid di area tempat tinggal kami, pada umumnya menyediakan makanan berbuka dan sahur, sehingga jika memang direncanakan dapat berbuka puasa di masjid, beberapa masjid yang besar memfasilitasi ruangan untuk akhwat, tetapi yang masjid kecil umumnya terbatas untuk aktifitas akhwat, walaupun untuk shalat lima waktu.Beberapa list masjid yang disekitar kami: Masjid Jalalabad Selly Oak, Masjid Greenlane Smallheath (paling recommended), Central Mosque Birmingham, Masjid Hamza, dsb.
    .
  2. Tarawih
    Umumnya masjid disini adalah masjid pakistan dan bangladesh yang berangkat dari mazhab Hanafi, walaupun beberapa imigran Sudan, Somalia dan Timur Tengah juga turut memberikan keragamaman sudut pandang.Tarawih disini berjumlah 23 rakaat dengan 3 rakaat witir, dan di witirnya umumnya ada qunut. Dan jeda rakaatnya dengan 2 rakaat salam, untuk witir ada variasi yang langsung 3 rakaat ada yang 2 rakaat salam dan 1 rakaat.
    .
    Dua tahun belakang, ketika Ramadhan bertepatan dengan libur panjang, saya menyempatkan diri menghabiskan malam di masjid, dan memang tidak terasa, sejak dari buka puasa, kemudian tarawih, hanya menunggu sekitar 30 menit, kita sudah berjumpa dengan sahur, dan setelah itu pulang untuk beristirahat sampai dhuha.
    .
  3. ‘Itikaf
    Dengan waktu puasa yang panjang, hikmahnya adalah waktu tidak puasa yang pendek, sehingga saat puasa di waktu Summer ini sebenarnya adalah waktu yang paling bisa di maksimalkan untuk ‘Itikaf di masjid, akan tetapi untuk yang bekerja siangnya pilihan seperti ini sulit untuk diikuti,Supaya tidak kehilangan kesempatan ini, saya tetap mengusahakan merencanakan di akhir minggu.
    .
  4. Membaca Al-Quran
    Alhamdulillah di UK ini komunitas muslim Indonesia cukup terkoordinasi, selama disini kami bergabung dengan Keluarga Islam Indonesia Britania Raya (KIBAR-UK), yang hampir setiap tahun menyelenggarakan aktifitas menyemarakkan ramadhan, karena jamaah yang tersebar, KIBAR mengadakan Quran Circle secara online, dan tahun ini dengan memanfaatkan aplikasi buatan Indonesian di UK bernama Muslim Experience.
    .
    Sering mencoba teratur dalam membaca Al-Quran, dan seringnya disiplin hanya pada saat minggu-minggu awal, karena terlalu semangat, aktifitas Ramadhan habis untuk mempersiapkan aktifitas yang juga bergantung dengan orang lain, evaluasi dari tahun ke tahun semoga kami semakin efektif dalam memaksimalkan bulan Ramadhan.
    .
  5. Amal tambahan, plus Ibadah sosial
    Ini yang kalau di Indonesia terasa berat, pengalaman kami disini betul-betul memberikan satu paradigma baru tentang memanfaatkan Ramadhan, jika dahulu di awal ramadhan sudah sibuk menumpuk bekal sembako, kemudian mencari pakaian lebaran, menyiapkan mudik lebaran, dan tidak lupa menghitung untuk salam tempel.Di UK, semua itu terpaksa tidak dilakukan, karena selain karena orangnya tidak begitu banyak, uangnya juga tidak ada. Kalau dipikir-pikir Ramadhan ini kan bulannya Allah, kenapa jadi bulan kita yang eksis :).
    .
    Jangan lupa sisihkan setiap hari waktu untuk beramal, baik dalam bentuk sedekah, memberi keceriaan kepada sesama mukmin, ataupun secara umum membawa kebaikan kepada semuanya.Ambil peran sedikit tetapi bermakna, efesien tetapi efektif tentu lebih besar nilai manfaatnya. Mengambil peran di masyarakat, membantu koordinasi TPA, Quran Circle, infaq untuk buka puasa, mengajak tarawih, saling memberi ibrah, memberi makan homeless, tentunya akan lebih memaknai Ramadhan dengan ibadah sosial.
    .
  6. Jangan cari Ta’jil saja*
    Ini lebih tepatnya pesan untuk diri sendiri, karena bahagia bisa ketemu nasi arab, nasi briyani setiap hari, dua kali sehari malah, belum lagi hidangan buka puasa, membuat kita semangat untuk berburu ta’jil.Ada satu hari, disaat saya datang dengan keluarga, saya dan Omar dengan para brothers, kami mengajak keluarga Indonesia yang lain untuk berburu ta’jil, saking senangnya kami duduk dan book tempat yang ada, terus bercerita bagaimana memburu ta’jil dan hidangannya yang masyaallah, semoga Allah beri pahala puasa kepada yang infaq.
    .
    Karena hari tersebut ada sedikit keterbatasan, menu yang dihidangkan pun tidak terlalu banyak, maka kami sibuk mengamankan ta’jil dan nasi arab :), mendekati waktu berbuka semakin banyak jamaah yang datang, hingga saat berbuka datang lagi brother yang ternyata stok makanan dan ta’jil tidak mencukupi, dan mereka membawa “roti tabur gula goreng” yang mereka siapkan dirumah dan menawarkannya kepada saya, astaghfirullah, padam muka saya karena malu, ya malu saya tidak membawa apa-apa sedangkan mereka, lebih malu lagi dengan Allah, astaghfirullah, saya terdiam dan malu, kemudian Allah masih lunakkan hati saya, dan saya tawarkan sebagian ta’jil dan makanan saya, biarlah lapar :), semoga ini menjadi pelajaran berharga buat saya pribadi.
    .
    Mereka yang terbatas saja, masih menyempatkan mengambil sunnah “memberi” makan kepada saudaranya yang berpuasa, apalah lagi kita yang lebih banyak tersedia dirumah dan merasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan.
    .
  7. Bekerja
    Untuk visitor dengan status MBA seperti saya (Menemani Bini dan Anak), bekerja part-time tentunya menjadi tambahan untuk bulanan yang pas-pasan, di waktu ramadhan yang bukan libur panjang ini, sangat sulit untuk meminta cuti yang cukup panjang, sehingga perlu disyukuri waktu-waktu bekerja yang pagi dan malam menjelang berbuka, juga di akhir minggu, tentunya semua ini perlu disyukuri dan bukan menjadikan Ramadhan tidak bisa dimaksimalkan.
    .
    Seperti yang saya sampaikan diatas, untuk Tarawih (selesai jam 1.30) dan  ‘Itikaf menjadi sulit karena pagi pun bekerja, dan jam 5 menjelang magrib pun bekerja, yang paling memungkinkan menyempatkannya di akhir minggu.Alhamdulillah di shift malam (sore karena malamnya jadi larut) menjadi bisa dimanfaatkan untuk baca al-quran 15-30 menit.
    .
  8. Buka puasa komunitas
    Buka puasa bersama sangat menyenangkan, dengan sahabat, dan komunitas yang ada, dan dilanjutkan dengan tarawih, kami tidak bisa menyempatkan sampai tarawih, karena jam tidur anak-anak yang malam mereka menjadi bertingkah, seringnya  hanya berbuka seadanya kemudian bergegas pulang.

Alhamdulillah fii kulli hal, kita perlu maksimalkan Ibadah dalam bulan Ramadhan ini, karena bulan ini adalah bulan yang Allah khususkan perhitungannya oleh Allah sendiri sebagai ujian bagi hamba yang bertaqwa. Apapun keadaannya perlu direncanakan dan disyukuri, tutupi kesulitan mengambil satu sunnah dengan melakukan sunnah yang lain, mengevaluasi bagaimana kita mengisi bulan Ramadhan yang seringnya bersifat budaya dan “warisan” (ini yang betul-betul warisan dek Afi 🙂 ) dan yang terpenting semoga Ramadhan ini menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang bertaqwa di sisi Allah SWT. Semoga bermanfaat.

 

Leave a Reply