Para Pemimpi(n): Logika

Logika (alur berfikir) adalah perangkat pencarian kebenaran yang sering ditinggalkan oleh umat saat ini.

Jalan pintasnya adalah hidayah dari Allah saw, dan kita berdoa semoga Allah berikan hidayah Nya kepada kita.

Kebalikannya adalah logika mistis, tidak masuk akal, walaupun ada beberapa hujjah tentang bahaya akal pikiran, tidak memakainya justru sangat di kecam dalam Al-Quran.

Banyak cerita para salaf dan nabi bagaimana kebenaran (hidayah red.) didapatkan dari setelah logika / berfikir terlebih dahulu.

Nabi Ibrahim as ketika bertanya tentang patung yang dituhankan, ataupun nabi Luth as tentang LGBT, ataupun nabi Musa as tentang kedzaliman thadap kaumnya.

Begitu pun para sahabat, bagaimana abu bakar ra memutuskan khalid ra tetap menjadi komandan, Umar ra ketika mengusulkan pengharaman khamr, reorganisasi baitul maal.

Al-Quran pun diturunkan berisi hikmah (initial state law) yang menjadi kerangka dari logika.

Permasalahannya, logika ini sering kita kotak-kotakkan, variabel yang terbatas dan boundary yang salah juga sering menjadi sempitnya logika kita.

Dan kita berdoa semoga dihidayahkan logika yang ma’ruf yang mengantarkan kita pada jalan yang diridhai oleh Allah.

wallahua’lam.

——

“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? (3:65)”

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (13:4)”

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (7:179)”

Leave a Reply