tak pernah tersadar

Kita tak pernah tersadar, mekanisme keadilan bukanlah berdiri diatas keberpihakan, membela karena tersokong, dan bertanya seolah adakah yang patut dipertanyakan. Realita ini retoris bung, tak ada yang benar-benar mencoba memberikan sesuap nasi pada peminta-minta yang kelaparan, make-up tebal dengan gincu yang merah selalu mempesona, dan kau akan terlibas bila mencoba bertahan dalam laju pusaran yang deras.

Fatamorgana demi fatamorgana terus disuguhkan, data-data statistik menjadi referensi, kita berlari didunia yang semakin tua dengan berjalan mundur, politik tidak akan pernah kejam jika mereka yang menari diatasnya dengan anggur romansa mencoba tidak seperti nero ataupun caesar, atau sekedar seperti bapak tua yang terpuruk dimasa tuanya karena ulah anaknya.

Kemana dunia ini sedang berlari bung?

Keadilan-keadilan dihantam keras ke muka tembok yang fasih beranalogi dengan nama binatang merayap, akh… aku lupa bung, ternyata mereka juga berkaki. Semangat itu sudah tumpul bung, dari tahun yang kau dan kawan-kawanmu berjibaku menghambur ke atas rumah rakyat, kau kata rakyat telah menang, tapi hari semakin hari semua pihak tidak memiliki batasan, raja-raja kecil berdiri dengan kepala mendongak merajam semua yang dia lihat, ini hanya sebuah permainan klasik dimana pada jalan yang buntu, mereka mengorbankan keledai yang paling besar, yang mampu menghapuskan lapar dari zaman yang memojokkan mereka, dan berfikir setiap malamnya untuk membangun zaman yang baru, dengan santapan-santapan yang lebih mewah dari sebelumnya, berpacu menumpuk kekuasaan, dan lupa dengan apa yang diperingatkan tuhan sebelumnya.

Jangan pernah percaya pada kata-kata manis bung, hari siang ini, keadaan seperti mencekam, desing-desing peluru dipertontonkan tanpa pernah ada niat melewatinya ke meja hijau, mendapatkan teroris lebih penting dari pada menegakkan keadilan, atas nama wewenang ataupun hak yang dilontarkannya apalagi yang tersisa dari rasa aman yang diberikan kepada publik?

Ya bung, keadilan hanya akan bertahan dalam sebuah kertas kosong, terlipat dengan beberapa nominal tertera.

Politik terlalu serakah untuk duduk satu kursi dengan keadilan, setidaknya sore ini mereka terlihat seperti sebuah benalu yang bertengger di pohon mangga yang sedang ranum.

Leave a Reply